About Me

Foto Saya
Bad Friend Trio
Kami tiga orang anak SMP yang awesome! (tapi rada' edan..) Ayu: tapi masih Awesome man aku kan??? *ditabok* Mitha : saking awesomenya kamu, kamu jadi aneh, tau nggak! *dilempar granat*
Lihat profil lengkapku

Followers

Sabtu, 12 Maret 2011

PostHeaderIcon REUNION

Hoh, kok kayaknya gak ada yang ngapdet ngapdet ini blog ya? Yaudah lah, Hiida dan Wodeng aja deh... Mumpung kita bertiga lagi sering hiatuuuuuuuuuuuuus mulu gara-gara lagi gak punya Ide dan lagi males ngetik, Nih Wodeng lagi dapet Ide fanfic. Genre nya Family dan mungkin Humornya gak bakal banyak. Nah, ini Fic udah di Edit sama Hiida. dan kalau di Fic ini ada yang salah..

RARA!!! BENERIN DOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOONG!!

Sebelum membaca, nih Fic ngambil dari Pandora Hearts. Wodeng lagi tergila gila banget sama PH. Sdari dulu sampai sekarang. Apalagi setelah mengetahui bahwa Hun Mochizuki tuh Cewek... (btw, yang buat Star driver cewek po cowok?)

Yosh langsung aja!

Disclamer by bang Hidekaz yang super duper nyebelin! Tapi OC Indo, Malon dan Singapura (muncul gak ya?) belongs to me and my two partners.

'....' --> batin

"lalala~" ---> nostalgia

"alalala" ---> biasa

__________________________________________________________________________________

...

“aku... sudah bukan Karim yang kau kenal..” Malaysia berjalan ke ambang pintu keluar. Ia bersender pada pintu itu mencoba mengatur nafasnya yang sudah mulai tidak teratur.

“namaku... Malaysia... ya...bukan Malaya lagi...” Ia mencengkram lengan bajunya.

“Aku yang sekarang adalah bagian dari Inggris... maka dari itu..” Malaysia menelan ludah. “jangan memperlakukan-ku sama seperti dulu ! Aku sudah tidak seperti dulu!!”

DIa berlari keluar. Meninggalkan Indonesia yang menatap kepergiannya dengan tatapan syock. Indonesia mengacak acak rambut hitamnya itu. Pecahan pecahan kenangannya dengan Malaya membayanginya. Kenangan kenangan Indah itu berubah menjadi musibah ketika para negara Eropa datang menginjakan kaki mereka di tanah hijau nya. Indonesia mengingat ingat peristiwa dimana ia tak dapat menolong adiknya, Malaysia dari genggaman tangan Inggris. Karena pada saat itu juga dirinya masih terbelenggu oleh Belanda. Dirinya merasa gagal sebagai seorang kakak.

“ini... semua salahku.....”

Australia prihatin dengan negara kepulauan itu. Ia-pun mendekati Indonesia. saat tangannya hendak menyentuhnya, Indonesia berdiri dan langsung berlari mengejar Malaysia.

“......Hey.... kau tak ap-“

“Ini bukanlah penjelasan!!!”

Tanpa sengaja Indonesia menepis tangan Australia dengan kasar. Dia berlari mengejar Malaysia secepat yang dia bisa.

Australia melihat kepergian Indonesia begitu saja. Ia melirik ke arah tangan yang ditepis Indonesia. berdiri diam mematung. Hanya memikirkan satu kalimat Indonesia yang pernah dikatakan padanya,

“bagiku... dia adalah adik yang lebih berharga dari apapun...”

“lebih berharga.....dari apapun..?”

______________________________________________________________________

Malaysia’s POV

Aku tahu, pada suatu saat nanti aku harus mengatakan ini padanya. Tapi teryata tak kusangka akan sebegitu sulitnya, Hanya untuk mengucapkan kata, “aku sudah berubah”. Bukankah kalau aku mengatakannya diriku akan menjadi lebih ringan? Tetapi mengapa, perasaanku... bertambah berat? Apakah aku... takut kehilangannya untuk kedua kalinya?

“AKHIRNYA AKU MENEMUKANMU!!! HAHAHA!!” Suara itu terdengar sangat keras, sukses membuatku kaget setengah mati. Apalagi mengetahui bahwa sang Empunya adalah orang yang tak ingin kujumpai saat ini, Indonesia.

“ngapain kamu kesini, hah?!!” Jawabku kasar agar dia cepat meninggalkanku.

Tak sesuai dugaanku. Dia malah tersenyum hangat padaku lalu mengulurkan tangan kepadaku, “merawat lukamu”

_________________________________________________________________________

Normal POV

Indonesia dan Malaysia , berdua diam membisu di taman di dekat rumah Indonesia. Taman yang menyimpan banyak kenangan tentang tawa, gembira, sedih, yang pernah mereka alami sewaktu dulu bersama kakek dan nenek mereka yang sekarang sudah tiada. Hanya tinggal kenangan dan luka.

Mereka terdiam bukan karena nostalgia, tapi karena mereka sibuk dengan urusannya masing masing. Indonesia sibuk mengobati luka Malaysia, sedangkan Malaysia sendiri diam tak berani menatap Indonesia.

“..... hey...” Panggil Indonesia pelan memecah keheningan. “kenapa diam saja?”

“.....” Malaysia tak menjawab. Dia melirik ke arah tangannya yang telah selesai diperban oleh Indonesia dengan sangat rapi.

“kalau begitu, biarkan aku dahulu yang berbicara,” Indonesia berdiri di hadapan Malaysia. Tapi yang berada di hadapannya menundukan kepalanya—enggan menatapnya langsung.

Indonesia kesal dengan Malaysia. Adiknya yang satu ini kalau habis marah marah, langsung ngambek. Indonesia menghela nafas. “hah... kau ini memang selalu begitu, ya?”

‘Selalu begitu?!’, batin Malaysia. “apa maksudmu?!!” Malaysia menatap Indonesia. “Aku ya.. AKU!”

Indonesia tersenyum.

“Mana yang berubah?” tanya Indonesia. “badanmu yang lebih tinggi dariku? Atau dirimu yang bisa menggunakan senjata?”

Gadis itu berjalan kearah pohon besar rindang di depannya. Tangannya terayun ayun senada dengan langkah kakinya.

“tiga abad sudah berlalu. Tentu banyak hal yang bertambah pada dirimu. Tapi bagiku kau tak berubah. Aku tidak melihat sesuatu yang hilang dari dirimu”

Indonesia memejamkan matanya. Merasakan nostalgia yang mendalam tentang dirinya dan adik adiknya.

“kau adalah orang yang setiap pagi membangunkanku, mengkritikku agar menjadi lebih baik lagi, dan orang yang sama sama membantuku untuk menjaga Singapur dan Brunei. Katakanlah, dari semua itu bagian mana yang bukan dirimu, Abdul Karim Salman?”

“sampai kapanpun... apapun yang terjadi... kita akan selalu bersama kan, kak?”

“.... aku sampai sekarang masih percaya pada kata katamu... bukankah kau selalu ingin bersama sama?”

Angin berhembus meniup rambut Hitamnya yang terurai indah. Rerumputan dan daun daun bergesekan satu sama lain membuat suara gemersik merdu yang menimbulkan efek sejuk bagi pendengarnya.

“heh, ku beritau saja ya, meskipun kau memiliki derajat yang lebih tinggi maupun rendah, menjadi seorang dalang maupun boneka, memangnya...” Indonesia menoleh kearah Malaysia dengan senyum kemenangannya.

“..aku akan membuangmu begitu saja kah?”

“cih,” Malaysia berdecak kesal sekaligus senang. Kakaknya, Indonesia masih mau menerima dirinya apa adanya. “kau... memanggil namaku dengan sangat lengkap. Kukira kau sudah lupa dengan nama adikmu sendiri... setelah tiga abad lebih kau tidak mengucapkannya”

“hahaha... gini gini aku pinter loh. Jangan remehkan kakakmu, Karim” Indonesia tertawa kecil.

“ya ya, Maya”

“Heh! Aku kakakmu! Panggil aku dengan sebutan ‘kakak’!”

“Masa bodo, katanya kamu mau menerimaku apa adanya. Walaupun mulutku sudah tercemar juga kan?”

“tapi tetap saja kan! Kau harus menghormati yang lebih tua, Malon!”

“ingat kata katamu barusan, Indon!”

“Maling!”

“Indog!”

“Malon!”

“Indon!”

.....

WAGU! Emang aku gak bakat buat cerita. Po tak buat komike po? Eh tapi kan dah ada ya...

Lihat aja di manga readers fandom Pandora Hearts chapter 8 : Reunion. disitu yang jadi Indonesia nya Oz Vesaliuss, Malaysia nya Gilbert Nightray, dan Australia nya Alice.

Memang sih, ada beberapa bagian yang ditambah, dikurangi, dirubah. Itu semata mata dilakukan agar terjadi keternyambungan (?) cerita. Tapi kayaknya gak bakalan nyambung deh. Soalnya kan yang Wodeng tulis langsung to the point. Males ah, buat cerita! Mendingan nggambar.

Kalau penasaran dengan OC Indo, malay, Singapur kita bertiga nih ada gambarnya:



Wodeng dengar cowok malaysia itu rambutnya pada panjang panjang. Makanya Wodeng buat panjang.


versi besarnya bisa anda download di blog ane: http://wooongsedeng.blogspot.com/2011/03/oc-buatan-wodeng.html

Playlist!