About Me

Foto Saya
Bad Friend Trio
Kami tiga orang anak SMP yang awesome! (tapi rada' edan..) Ayu: tapi masih Awesome man aku kan??? *ditabok* Mitha : saking awesomenya kamu, kamu jadi aneh, tau nggak! *dilempar granat*
Lihat profil lengkapku

Followers

Senin, 27 Desember 2010

PostHeaderIcon inilah kami!

kalau sebelum nya sudah dijabarkan sifat , sedikit pengetahuan, dan beberapa karya, --terutama gambar-gambarnya Ayu a.k.a Oresama dan fanficnya Mitha a.k.a Rara--, sekarang, saya, hida, mau mosting dikit tentang persamaan dan perbedaan kami secara fisik yang paling menonjol #terinspirasi pelajaran biologi #plak.

oya, make nama asli aja ya

mari kita mulai !

1) Tinggi
Ayu : yang paling tinggi, sekitar 160-an
Mitha : sedengan lah, 150 cm, mungkin
Hida : yaah, saya emang paling pendek, 147, terakhir diukur

2) Berat (entah kenapa, aku cengar-cengir waktu nulis ini)
Ayu : once again, she's the biggest between us. 50 kg-an :P
Mitha : eng.. berapa ya?, lupa ane #plak
Hida : 34, sangat enteng bukan?

3) Warna kulit
Ayu : paling putih , saudara-saudara! XP
Mitha : mendekati putih, cuma masih masuk cokelat muda
Hida : seperti orang daerah tropis, coklat tua

yaah, kayaknya cukup itu saja.
sekian, terimakasih!
Kamis, 23 Desember 2010

PostHeaderIcon Serial Kelas Kacau #2: Papa! Mama!

Serial Kelas Kacau #2 : Papa! Mama!

A/N: Aduuuuuuuhhh… maaf banget updatenya lamaaaaaaa… jangan-jangan anda semua udah lumutan waktu baca ini, ya? #dikemplang. Oke. Langsung saja anda baca lanjutan SSK chapter 2, ya! Enjoy!

Disclaimer: jah, kita bosen nyebut nyebut Hetalia belong to mak (?) Hidekaz! kenapa gak Hetalia belong to AmingWati ajah?!! #dihajar rame rame#

Summary: Seluruh guru kelas 1 Hetalia Gakuen kerepotan gara-gara seorang daratan lautan... eh, maksudnya Sealand.


Warning: OOC akut, gaje, garing, abal. Dsb. Anda tahu, kan?

###

Sweden—guru IPS berkacamata itu—masuk ke kelas 1.

”Banguuun!” teriak seorang anak—kayaknya sih Sealand.

”Selamat pagi, bapak!” koor anak-anak serempak.

...

Tunggu, adegan tadi kok kayaknya familiar, ya? Ah, sudahlah, lupakan. Lanjut!

”Pagi, anak-anak,” kata Sweden kalem dan lancar—tak seperti biasanya. (A/N: Inget, di warning-nya kan ada kalimat ’OOC akut’!)

Anak-anak pun langsung duduk. Sweden membetulkan letak kacamatanya, lalu maju dan menulis dengan huruf besar semua di papan tulis:

ORANGTUA

“O… r… a… n… g… orang…” eja Wy.

“Orangtua!” teriak Sealand heboh.

“Ya, hari ini kita akan belajar tentang orangtua. Pertama-tama, orangtua itu apa, sih?” tanya Sweden. Sealand mengacungkan tangan dengan (terlalu) bersemangat.

”Ya, Sealand?” kata Sweden.

”Orangtua itu... itu, loh, yang di kebun binatang itu... yang kayak monyet itu! Yang punya bulu cokelat kemerahan itu! Tau, kan, Pak?” jawab Sealand dengan pedenya.

Hening. Sweden sweatdrop.

”Itu bukannya ’orangutan’?” koreksi Sweden. Sealand melongo.

”Hah? Oh, orangutan, toh? Udah ganti, ya?” tanya Sealand dengan begonya.

Lagi-lagi hening. Sweden double sweatdrop.

“Dari dulu memang namanya orangutan, Sealaaaaaannnddd,” jawab Sweden gemas. Tumben…

“Ya sudah. Anak-anak, catat ya, yang benar orangtua, bukan orangutan!”

Eh, beneran, dicatat seisi kelas! Anak kelas 1 memang penurut banget, ya. Saking nurutnya, kayaknya kalau mereka disuruh lompat dari lantai 10 bakal nurut, deh~ #authordidemomassa.

“Nah, oke,” kata Sweden, kemudian melanjutkan, “orangtua itu... orang yang mengasuh kita sejak kita lahir! Orangtua juga orang yang paling mengerti kita, dari luar-dalam! Maka dari itu, kita harus sayang pada orangtua kita! Mengerti, anak-anak?”

”Mengerti, paaaaaak!” koor anak-anak.

”Nah, tahukah kalian, kalau kalian juga punya orangtua di sekolah?” tanya Sweden.

”Tidaaaaaaaak!” jawab anak-anak. Author—entah kenapa—nyengir-nyengir gaje pas nulis bagian ini.

”Guru-guru adalah orangtua kalian di sekolah!” lanjut Sweden sambil menulis dengan huruf besar di papan tulis: GURU = ORANGTUA DI SEKOLAH. ”Jadi kalian wajib menghormati guru seperti kalian menghormati orangtua kalian sendiri,” kata Sweden dengan (sok) bijaksana.

Tau-tau, tanpa ada yang ngasih tau (?), Sealand berdiri, kemudian berteriak gaje, kedua tangannya direntangkan, seolah hendak memeluk Sweden.

”Papa!” teriaknya. Kayaknya sih manggil Sweden. Seisi kelas dilanda sweatdrop massal.

”Hah? Kok, papa?” tanya Sweden bingung.

“Lho, iya, dong! Kan, katanya Bapak tadi, GURU adalah ORANGTUA kita di sekolah! Jadi, saya gak salah dong, nyebut Bapak dengan sebutan Papa!” jawab Sealand.

Hening.

“… I-iya sih, tapi… gak gitu juga kaleeeee!” kata Sweden, persis seperti kalimat yang diucapkan oleh tokoh-tokoh di acara TV yang sering Author tonton #ditabok.

Seisi kelas berdengung heboh. Sweden bengong.

“Berarti, kalau Pak Sweden papa kita, Bu (?) Finland mama kita, dong!”

”Iya! Iya! Terus, Pak (?) Denmark itu... om kita!”

”Bu (?) Norway juga! Tante kita!”

“Sayangnya Kak Iceland bukan guru kita…”

“Ntar kan Kak Iceland bisa kita jadiin anak dari Om Denmark dan Tante Norway!”

Sweden tak tahan, aura hitamnya perlahan menguar. Anak-anak jadi keder, lalu diam ketakutan.

”Nah, sampai sini dulu pelajaran kita. Pagi, anak-anak.”

###

Selang beberapa menit kemudian, Norway masuk. Ia akan mengajar IPA.

“Pagi, anak-anak.” ucap Norway kaku.

“Pagi, Tante!” jawab anak-anak serempak—dipimpin Sealand, tentu saja. Suaranya Sealand kan, yang paling keras!

Norway shock dipanggil ’Tante’ oleh anak-anak itu. Hening sejenak. Kemudian…

“Siapa yang kalian panggil ‘Tante’?” tanyanya heran.

“Yah, Tante Norway gimana, sih! Maksudnya ‘Tante’ itu anda, tau!” kata Sealand sambil nyengir. Norway kaget sambil jungkir-balik dan kayang bersamaan (?). Oke, abaikan kalimat yang terakhir.

“Tante? TANTE? SIAPA YANG NGAJARIN KALIAN KAYAK GITU?!” teriak Norway esmosi, eh, ralat, emosi.

“Yang penting bukan Om Denmark yang ngajarin, Tante...” jawab Sealand. Weleh, ini anak usilnya gak ada matinya.

“Uh…” keluh Norway sejenak, lalu ia melanjutkan, “anak-anak, CATET, saya ini COWOK, walaupun—yah—wajah saya *cough* cantik *cough* seperti perempuan, saya ini COWOK! COWOK!” kata Norway heboh, mulai ber-OOC ria.

“Yah… Tante gak asyik, deh… masa’ kita gak boleh panggil ‘Tante’?” tanya Sealand sambil pasang raut muka kecewa.

“Eeeeh! Ini anaaaak! Aku ini masih muda! Kalau mau panggil Denmark dengan sebutan ’om’ sih gak masalah, tapi kalau aku—”

“Kalau anda, kami panggil ’Tante’!” sambung anak-anak serempak. Norway merasa wajahnya memanas.

“SEKALI LAGI, SAYA TUH COWOK! BUKAN CEWEK! DAN JANGAN PANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN TANTE!” teriak Norway emosi.

Anak-anak—terutama Sealand—cekikikan, bahkan ada yang ketawa sambil guling-guling. Padahal baru kelas 1, lho! Aduh, nakalnya gak ketulungan. Ckckck, yang sabar, ya, Norge! *Author diinjek troll Norway*

###

Begitulah. Waktu istirahat, Sealand dan Wy gak sengaja berpapasan dengan Denmark.

”Pagi, Om Denmark! Gimana kabarnya Tante Norway sama Kak Iceland? Udah punya anak lagi belum?” sapa Sealand dengan nada ceria—dan tentunya, pasang muka innocent.

Seperti yang bisa diduga, readers, Denmark sampai jungkir-balik saking kagetnya disapa seperti itu.

OM? GUE? OM? DAN APA PULA ITU—ANAK?! SIAPA YANG NGAJARIN?” tanya Denmark emosi. Sambil nyengir lebar, Sealand dan Wy kabur.

“WOI! KALIAN BERDUA! SEENAK UDELNYA AJA MANGGIL GUE ‘OM’! BALIK SINI!” teriak Denmark marah. Oh-my-god, Denmark, sepertinya anda lupa mematikan capslock, ya?

”Kenapa lo, Den?” tanya Norway dingin—yang kebetulan lagi lewat.

”Itu, tuh... si alis tebal itu manggil aku ’Om’! Ih, gak elit banget! Emangnya tampangku ini tampang om-om, ya, Norge?” tanya Denmark tolol.

Norway diam. Lalu...

”Iya, tampangmu tampang om-om,” jawab Norway asal.

Denmark pundung di pojokan kuburan (?).

###

Pelajaran kesenian, giliran Bu (author gak salah, kan? #plak) Finland masuk ke kelas.

“Siang, anak-anak,” kata Finland ramah. Anak-anak nyengir lebar sebelum menjawab.

“Siang, mama Finland!” jawab anak-anak serempak. Ya, anda dapat membayangkan reaksi Finland, bukan? Hanya saja reaksinya jauh lebih normal: Finland bengoooong.

“Ha…?” katanya bingung. “Kok ‘mama’?”

Sealand menjawab dengan kecepatan kilat: “Soalnya-kan-guru-itu-termasuk-orangtua-kita-di-sekolah-jadi-wajar-dong-kalau-kami-manggil-ibu-dengan-sebutan-mama!”

Finland bengoooong (lagi).

“Eh… apa?” tanyanya, nggak ngerti.

“Soalnya,” jawab Wy, “guru itu kan orangtua kita di sekolah. Jadi nggak salah, dong, kalo kami manggil anda dengan sebutan mama!” lanjutnya tanpa dosa.

Hening.

”...” Finland tidak bisa berkata apa-apa.

”Ah—Mama? Ayo, Ma, mulai pelajarannya!” desak Sealand.

”Eh... tunggu sebentar. Saya kan laki-laki. Kenapa ’mama’?”

”Soalnya kan yang menyandang gelar ’papa’ itu Pak Sweden!” jawab Sealand.

”... Kok...?”

”Katanya Om Denmark, kan, Mama Finland istrinya Papa Sweden!” jawab Wy, dengan penekanan pada kata ’Om’, ’Mama’, ’istri’ dan ’Papa’.

Finland langsung meledak kayak peristiwa Bom Bali I & II (lho?).

“WOOOOI! KATA SIAPAAAAA?! AKU BUKAN ISTRINYA SWEDEEEEN! HALOOOO, AKU KAN COWOOOOK!” teriak Finland. Anak-anak cekikikan.

“Ih, Mama lebay, ih…” goda Sealand. Sealand, oh Sealand. Sungguh, dirimu amat ahli membuat orang OOC tingkat tinggi!

“LEBAY DARI HONGKONG?! KALIAN SEMUA KALI YANG LEBAY, MANGGIL AKU ‘MAMA’!” teriak Finland—lagi-lagi dia lupa matiin capslock.

Sementara itu, beberapa kelas dari mereka, Hongkong kentut (?).

“Yah, mama gak asyik!” keluh Wy nakal.

“STOOOOP! BERHENTI MANGGIL AKU DENGAN SEBUTAN ’MAMA’!” waduh, Finland mulai emosi, rupanya.

“Gak mau, mama jahat,” kata Sealand.

“DIAAAAAM, SEALAAAAAND! BERHENTI MEMANGGILKU ’MAMA’!”

Seisi kelas ngakak sementara wajah bishe Finland langsung merah padam.

Benar-benar kacau, bukan?

###

-Omake-

Di ruang guru, saat istirahat.

“Eh, Su-san...” panggil Finland.

“Ya?” jawab Sweden sambil noleh ke -coret- istrinya -coret- tersayang itu.

“Aku penasaran, kenapa akhir-akhir ini anak kelas 1 manggil aku ‘mama’, ya?” tanya Finland.

Seluruh tubuh Sweden rasanya membeku.

“Eh… i—itu…” Sweden tau-tau jadi gugup gini.

“Kamu kenapa, Su-san?”

“Eh… nggak papa…” jawab Sweden malu. Ia gak mau ngaku di depan -coret- istrinya -coret- kalau dialah yang membuat anak-anak kelas 1 memanggil guru-guru dengan sebutan ‘Papa’, ‘Mama’, ‘Ayah’, ‘Ibu’, ‘Om’, ‘Tante’, dsb, dsb.

Bisa-bisa, Sweden bakal dijadikan santapan makan malam oleh Finland kalau ia mengakuinya.

-Berakhir dengan sangat gaje-

###

-little note from One-
Ore, Oya! Edit, yak! Tambahin humornya, biar tambah kacau! Hahaha #ngibrit


Selasa, 21 Desember 2010

PostHeaderIcon SCONE!!

YAHOO...!!! *malah ngiklan*

Oyabun ngepos ni lho, barangkali readers sudah pada mulai bosan kalo Oresama yang mosting mulu. Gak AWESOME, sih tu anak *plak*.


sekarang aku nulis tentang ...

.

.

.

.

.

SCONE ! atau mungkin lebih tepat kalau Oya sebut "arang-kebanggaan-England-yang-'katanya'-bisa-dimakan-dengan-resiko-kematian-ditanggung-sendiri"

tapi ini pake bahasa Inggris lhoh! *plak!* Iyalah wong ini nyontek dari mbak Wikipedia!


sooo, enkoy it, readers !



The scone is a small British quick bread (or cake if recipe includes sugar) of Scottish origin. Scones are especially popular in the United Kingdom, the United States, Canada, Australia, New Zealand, and Ireland, but are eaten in many other countries. They are usually made of wheat, barley or oatmeal, with baking powder as a leavening agent. The scone is a basic component of the cream tea or Devonshire tea.

The scone is a small British quick bread (or cake if recipe includes sugar) of Scottish origin. Scones are especially popular in the United Kingdom, the United States, Canada, Australia, New Zealand, and Ireland, but are eaten in many other countries. They are usually made of wheat, barley or oatmeal, with baking powder as a leavening agent. The scone is a basic component of the cream tea or Devonshire tea.


Lexicology

The pronunciation of the word within the United Kingdom varies. According to one academic study, two-thirds of the British population pronounce it /ˈskɒn/, rhyming with "con" and "John", with the preference rising to 99% in the Scottish population. The rest pronounce it /ˈskoʊn/, rhyming with "cone" and "Joan". British dictionaries usually show the "con" form as the preferred pronunciation, while recognizing that the "cone" form also exists.[1] This is alluded to in the poem which contains the lines "I asked the maid in dulcet tone / To order me a buttered scone / The silly girl has been and gone / And ordered me a buttered scone." In John Betjeman's "How to Get on in Society" the poem ends "I'm afraid the preserve's full of stones; / Beg pardon, I'm soiling the doyleys / With afternoon tea-cakes and scones."

The Oxford English Dictionary reports that the first mention of the word was in 1513. The word scone derives perhaps from the Middle Dutch schoonbrood (fine white bread), from schoon (pure, clean) and brood (bread).[2]


[edit] History

The original scone was round and flat, usually the size of a medium size plate. It was made with unleavened oats and baked on a griddle (or girdle, in Scots), then cut into triangle-like quadrants for serving. Today, many would call the large round cake a bannock, and call the quadrants scones. In Scotland, the words are often used interchangeably.[3]

When baking powder became available to the masses, scones began to be the oven-baked, well-leavened items we know today.[4] Modern scones are widely available in British bakeries, grocery stores, and supermarkets. A 2005 market report estimated the UK scone market to be worth £64m, showing a 9% increase over the previous five years. The increase is partly due to an increasing consumer preference for impulse and convenience foods.[5]

Varieties

British scones are often lightly sweetened, but may also be savoury. They frequently include raisins, currants, cheese or dates. In Scotland and Ulster, savoury varieties of scone include soda scones, also known as soda farls, and potato scones, normally known as tattie scones, which resemble small, thin savoury pancakes made with potato flour. Potato scones are most commonly served fried in a full Scottish breakfast or an Ulster fry.

The griddle scone (or "girdle scone" in Scots) is a variety of scone which is fried rather than baked. This usage is also common in New Zealand where scones, of all varieties, form an important part of the traditional cuisine.

Another common variety is the dropped scone, or drop scone, after the method of dropping the batter onto the griddle or frying pan to cook it.

In some countries one may also encounter savoury varieties of scone which may contain or be topped with combinations of cheese, onion, bacon etc.

In the United States, scones are drier, larger and typically sweet.

Regional variations

Europe

Scones are popular in Ireland as well as England, Scotland and Wales, and were chosen as the Republic of Ireland representative for Café Europe during the Austrian Presidency of the European Union in 2006 (the United Kingdom chose shortbread). Scones are also a popular baked good in the Scandinavian countries.

Australia

Pumpkin scones are a well-known variant in Australia, made famous during the period when Florence Bjelke-Petersen was in the public eye.[9] Date scones, which contain chopped candied dates, are also popular in Australia. Another old style of cooking scones, generally in the colder months, is to deep-fry or deep pan-fry them in dripping or oil, they are then known as puftaloons.

North and South America

In Canada, scones are popular and widely sold in both bakeries and ordinary grocery stores. As in the United States, the term 'biscuit' is sometimes used interchangeably.

Round-shaped British scones can resemble North American biscuits in appearance, but scones rely on cold butter for their delicate, flaky texture, while biscuits are more often made with animal fat or vegetable shortening and are crumbly rather than flaky. Also, while scones are served with coffee and tea or as a dessert, biscuits are served more as a bread, often with breakfast.[8]

In Utah, the bread products locally called "scones" are similar to Indian Frybread and are made from a sweet yeast dough, with buttermilk and baking powder and/or soda added, and they are fried rather than baked. They are customarily served with butter and honey.[10]

Scones are quite popular in Argentina (brought by Irish and English immigrants and from Welsh immigrants in Patagonia).[11] They are usually accompanied by tea, coffee or mate.[12]

[edit] Other usage

In Scots the verb scon means to crush flat or beat with the open hand on a flat surface, and "scon-cap" or "scone-cap" refers to a man's broad flat cap or "bunnet".



sumber : wikipedia


Senin, 20 Desember 2010
hohoho... pasti kalian yang mengunjungi blog ini (trutama yang dah pada kenal) pasti banyak yang bingunng dengan tema-nya.... yakan?

kami Bad Friends Trio tapi tema blogya bukan BFT melainkan PRUSSIA. kenapa? karena duo rekan ambo yang sifatnya mirip kayak france and spain gak ngapdet gapdet inih blog. yasudlah... sebagai pelampiasan saya ganti temanya dengan temanya mbah Prussia. wkwkwkwk.

Rabu, 15 Desember 2010

PostHeaderIcon Onar

Onar

Yuphuuu...! Wodeng lagi cuy yang ngapdet. Sebenarnya ni apdetan request dari Tinny #diketok#. jadi yah, Wodeng gak bisa menolak—karena saya adalah contoh bapak (?) yang baik #di cekek Tinny#


Okeh, Kembali ke lap.?

(readers: ..pel!)

Idih! Kok “pel” ?! “top” gitu deh!

(readers: ogah! Sana ngepel lante rumahmu!)

Dah di pel sama mbak e, ok...

(readers: lha mbak e ki sopo?)

Pembantu ne...

(readers: namane..?)

... hehe... lupa..

(readers: GUBRAK! Pembantu sendiri udah kerja berbulan bulan lupa namanya?!)


Maklum lah, orang penting~ banyak urusan dan banyak yang harus diingat ingat gitu. Makanya sering lupa---padahal sebenarnya gak tau namanya, lantaran gak pernah ngafal nama orang. Wong nama gurunya sendiri aja sering lupa.


Kembali ke topik utama kita tentang Onar.

Yup, Onar.

Ada yang tau, apakah itu Onar?

(Orang 1: *ngangkat jari kelingking*)

Yah, orang yang disana?

(orang 1: hah? Kenapa?)

*sigh* apakah anda tahu Onar itu apa?

(Orang 1: gak)

Kalau gitu ngapain ngangkat jari ? klingking pula!

(Orang 1: ye! Siapa yang ngangkat jari? Orang ane mau ngupil kok! *masukin jarinya ke dalam gua harta karun*)

*nahan stress* hah, daripada saya meledak ledak, mendengin Wodeng beritahu apakah itu Onar.


Onar adalah sebuah kata yang terdiri dari 4 huruf. Yakni O, N, A, dan R.

Onar juga merupakan sinonim dari kata; gempar, kerusuhan, keributan, kegaduhan, dan gempar. Selain itu “Onar” juga dapat diartikan sebagai ‘tipu muslihat dan akal busuk'. Tapi yang akan kita bahas kali ini adalah Onar yang rusuh.

Kami adalah “trio Onar”. Trio di kelas yang suka berbuat Onar.

Tetapi, seberapa “Onar-nya” kita kita ini?

Jika anda ingin TAHU, maka belilah tahu itu di ada swalayan banyumanik semarang. Terutama kalau mau tahu Pong. Tahu pong disana enak enak lho...! *malah promosi*.

Tapi, jika anda ingin TAU,

saksikan tayangan berikut setelah yang satu ini!

~~BGM: campur sari by didi Kempot~~~

(readers: weh, seleranya buruk banget, dah! Milih BGM gak Gaol baget, sih?)

(wodeng: suka suka ane, yo!)

~~~iklan ~~

(iklan ra2 lagi cuci tangan pake sabun)

“tikus ma’em sabun, tikus maem sabun, tikus maem sabun 100x gigit, tapi apa yang terjadi, malah tikusnya mau lagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagila...

(readers: apakah dia mengakui bahwa dirinya itu LAGILA?!! (baca: lagi gila))

(Wodeng: wah, nyanyian yang merdu~~)

(Orang 2: DEG *membatu* hebat... nyanyian ini.. bisa membuat orang jadi gila seketika.... *nglirik Wodeng*)

(pandy: maaf mbak/mas, dia udah GILA dulu dari sono nye. Jadi gak usah khawatir...)

...gilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagilagi lagilagilagilagilagilagilagilagilagi! Mengapa? Karena sabun itu berbau keju dan memang mengandung ekstrak keju mozarelakawinsamakolorijo yang membuat tubuh terasa seperti Ade Rai (gak nyambung..)”

~iklan selesai~

(wodeng: wah, apik tenan...)

(readers: GITU APIK!?)

~~iklan~~

(Tinny iklan kawat Gigi)

“teman teman~~ kalau punya gigi yang pada mingslep mingslep, mundur, maju tak gentar (?), pakai kawat gigi aja! Dijamin giginya bakal jadi teratur, deh! Harganya murah kok! Cuman Rp. 25.000,00 !”

(Readers: WHAT!!!??? MURAH BANGEET! Bo(k)Ong mesti!)

“` beneran! Gak boOng! Cuman kawatnya pake kawat bangunan, dan anda harus siap mental yang besar, tentunya~~~”

(Readers: ,,, *masang tampang -______-‘’ * )

(Wodeng: ckck.. kacian~~~)

~~iklan~~

(iklan Wodeng yang sedang mengORE’ ORE’ kupingnya)

“Tralalalalalallalallalalalalalalalalalalaala.....! kuping bersih, denger jelas (tapi masih diragukan), cuman pake katenbat ORE ORE’ kuping cap mbah marijan love mbah Surip! Yeeeeey!!

~~~iklan selesai~~

(readers: hah?)

(wodeng: *membatu & mangap lebar lebar*)

(pandy: *nutup mulutnya wodeng*)

~~~~BGM: Susis oh my baby (?) by sule Bieber (?)~~~

~~~kembali ke acara Wodeng~~

.

.

*hening*

.

.

.

SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS IKLAN INI HAH?!!!!

(Pandy: *nunjuk LeGi*)

KAUUUUUU....!!!!

KENAPA AKU DAPAT BAGIAN OREK OREK KUPING, HAH?!!!!

LeGi: WHAAAAA!!! KABUR!!!

KEMBALI KAU!!!! *ngejar Legi*

(dan kira kira, kalau 2 rekan saya muncul mereka akan bilang...)

Ra2: hoooo~~! Siapa ya yang bikin iklan sabun~~~? #deathglare#

LeGi: MUKYAAAAAAAAAAAAAAA...!!!

Tinny: lalu kalau iklan kawat gigi ntu siapa?

.

.

Hening

.

.

LeGi: *nunjuk Wodeng* Wodeng kan juga bertanggung jawab dalam pembuatan iklannya....

.

.

Tinny & ra2: *nglirik Wodeng*

GYAAAAAAAAAAAAA...!!! *di sumpel pake bakwannya Terong*

Tiny: enaknya kita apain nih?

Rara: kita gorok aja~~ *yandere*

HUWAAAAAAAAAAAAA!!! KENAPA NASIB SAYA BISA PUNYA ANAK ISTRI REKAN YANG YANDERE SIH!!!! OH, TUHAN APA SALAH HAMBAMU YANG CAKEP, AWESOME, PINTAR, INI?!!!

Tiiny: Dosamu banyak... antara la- #disumpel kaoskaki#

YA AKU TAHU!!! SEKARANG HENTIKAN, ATAU CAPSLOCK KU AKAN JEBOL ?!!!

Ra­2: heee..? malah asik itu~~

Hiks, kejam *pundung*

Pandy: hah... sementara Wodeng, pembawa acara kita—yang gak guna itu, dan gak bakat jadi Host (wodeng: APA KATA LO?!!!)—pundung, maka pandy yang menggantikan posisi Wodeng untuk sementara.

KeONARAN atau lebih tepatnya KE-ABNORMAL-AN para Trio Pisces atau Trio Onar:

Yang pertama akan kita bahas adalah Wodeng.

(Wodeng: heee..? aku? Kenapa aku duluan? Oooh... karena aku AWESOME ya? Wah, akhirnya kalian ngaku... #PLAK#)


1. Suka Mbolos.

Iya gak Wodeng?

(Wodeng; .....)

Brarti jawabannya “Iya” ... tapi anehnya, walaupun paling sering mbolos dibandingkan ke dua rekannya, Wodeng paling rajin ngerjain PR ...

(Wodeng: OH YEH! Saya SO AWESOME! #dilempar wajan#)


2. Susah banget nginget nama Orang.

Yang ini udah pernah di bahas diatas kan?


3. Meng-KLAIM seenake dhewe.

Contohnya:

~Flashback~

Wodeng: “aah, Istriku~~~”

Rara: “hah..?”


4. Narsis tingkat tinggi.


5. Hampir selalu ‘ditemukan’ dalam keadaan tertawa kapanpun dimanapun, bahkan pas sendirian..

(readers: gak heran namanya Wodeng; Wong Sedeng...)

(Tiiny: maap yu, pacar-tak-bergender-mu (baca: laptop) gak masuk hitungan #ditendang#)


6. Punya segala macam wajah, pasrah, kocak, serius (yang ini langka kluarnya), nelangsa, edan, gila, sinting, dkk.

(wodeng: .... #cengo# segitukahnya diriku...?)

(yang lain: *dalam ati* baru sadarkah dikau?)


7. Kalau ngamuk serem...

(pandy: ..dari Prussia bisa brubah ke Russia atau Swiss...)


8. Amat sangat nyleneh


8. Matematika, kalau berhubungan dengan DUIT, pasti langsung nilainya bagus.


9. Paling Fujoshi diantara yang lain.


10. Suka nyiptain bahasa yang aneh aneh...

contohnya...:

Sudah: dah

Ya: yah

Ya: yoyai

Dll.

.

.

Wodeng: ... ah..... #mangap#

Sadarlah, Wo...



Sekarang, Rara

Nyaris gak ada sebenarnya. Namun, mari kita coba teliti lagi! Eng.... AH!

1. Hiperaktif


2. Suka nari nari gitu.

(Wodeng: untung aja kamu suka nari...)

(rara: kenapa?)

(Wodeng: coba kalau kamu suka nyanyi, pasti kupingku dah pecah--)

-BRAK!-

Wah permisa sebuah sandal swallow mengenai Wodeng TEPAT di wajahnya! Berikan tepuk tangan!!!

-PLOK PLOK-

(Wodeng: lu napa sih? Pas kata “TEPAT” lu Capslock-in!)

(Pandy: ya... seneng aja gitu...)


3. Wajahnya serius. Tapi kalau dah kenal ? Whoaa...! Sungguh te..*dibekep*


4. Kecil kecil maem nya banyak!


5. Entah bagaimana, punya aura yang membuat dia selalu diperhatikan kalau bicara didepan.


6. Fujoshi akut.

(Wodeng: tapi blum separah aku...)

(yang lain: alhamdullilah...)


7. Tergila gila dengan Spanyol.


8. Sayang suami (?)

(rara: Wodeng!!! Apa maksudmu “sayang suami” hah?!!!)

(Wodeng: kan kamu pernah ditanyain sama *nama aplikasinya lupa* di fesbuk “pernahkah wodeng berselingkuh?” kamu jawab, “pernah! Dia dengan seenaknya ngklaim orang orang jadi “istri”nya! Sakit hati ini! Sakit!”)

(yang lain: ...... *sweatdrop*)

.

.

.

Sekarang tentang Tiiny #dibacok#:

1. Suka nyiksa.

(readers: hah?)

(Wodeng: kalian tak tahu penderitaan kita kita yang pada dijahilin, ok...? Ya kan, Ra?)

(rara: ... #ngangguk#)


2. Maniak Tomat.


3. Makannya banyak. 5 kali sehari

kalo ditotal, : pagi, sarapan, istirahat 1, istirahat 2, makan siang(tepatnya sore karena sepulang sekolah), makan malam.


4. Jahil stadium 6


5. Suka bikin orang ngiler


6. Suka mbantai kecoa, lalat, dll.

Pokoknya segala sesuatu yang mengganggu kerajaannya.


7. Sadisss~~~

(Wodeng: hei, tin... kau pernah cerita tentang lalat yang kau pukul sekali langsung dapet 8 kan?)

(tinny: hehe... sekali pukul dapet 8 sekaligus ...)

(yang lain: #mrinding#)


8. Gemes sama romano-gagal.

(Wodeng: hahahaha!!! Thank you Tiny! Sudah *piiiiiiiiip* si romano-gagal itu!! XD)

.

.

Yak, sekian dulu, dan sampai disini. Karena habis ini Wodeng harus blajar—maklum UAS, tapi masih nyempet nyempetin mosting. Dasar...—dan saya pandy harus undur diri juga. Karena saya harus ngawasi Wodeng yang blajarnya suka males-malesan—karena besok materinya PKN-.

Salam sejahtera. Bye!!!

~~~acara selesai~~~

~~BGM: King Of Anything by Sarah Bareilles~~~

(akhir kata: tumben, lagunya Normal...)

Playlist!