Blog Archive
About Me

- Bad Friend Trio
- Kami tiga orang anak SMP yang awesome! (tapi rada' edan..) Ayu: tapi masih Awesome man aku kan??? *ditabok* Mitha : saking awesomenya kamu, kamu jadi aneh, tau nggak! *dilempar granat*
Followers
Kamis, 23 Desember 2010
Serial Kelas Kacau #2: Papa! Mama!

Serial Kelas Kacau #2 : Papa! Mama!
A/N: Aduuuuuuuhhh… maaf banget updatenya lamaaaaaaa… jangan-jangan anda semua udah lumutan waktu baca ini, ya? #dikemplang. Oke. Langsung saja anda baca lanjutan SSK chapter 2, ya! Enjoy!
Summary: Seluruh guru kelas 1 Hetalia Gakuen kerepotan gara-gara seorang daratan lautan... eh, maksudnya Sealand.
Warning: OOC akut, gaje, garing, abal. Dsb. Anda tahu, kan?
###
”Banguuun!” teriak seorang anak—kayaknya sih Sealand.
”Selamat pagi, bapak!” koor anak-anak serempak.
...
Tunggu, adegan tadi kok kayaknya familiar, ya? Ah, sudahlah, lupakan. Lanjut!
”Pagi, anak-anak,” kata Sweden kalem dan lancar—tak seperti biasanya. (A/N: Inget, di warning-nya kan ada kalimat ’OOC akut’!)
Anak-anak pun langsung duduk. Sweden membetulkan letak kacamatanya, lalu maju dan menulis dengan huruf besar semua di papan tulis:
ORANGTUA
“O… r… a… n… g… orang…” eja Wy.
“Orangtua!” teriak Sealand heboh.
“Ya, hari ini kita akan belajar tentang orangtua. Pertama-tama, orangtua itu apa, sih?” tanya Sweden . Sealand mengacungkan tangan dengan (terlalu) bersemangat.
”Ya, Sealand?” kata Sweden .
”Orangtua itu... itu, loh, yang di kebun binatang itu... yang kayak monyet itu! Yang punya bulu cokelat kemerahan itu! Tau, kan , Pak?” jawab Sealand dengan pedenya.
Hening. Sweden sweatdrop.
”Itu bukannya ’orangutan’?” koreksi Sweden . Sealand melongo.
”Hah? Oh, orangutan, toh? Udah ganti, ya?” tanya Sealand dengan begonya.
Lagi-lagi hening. Sweden double sweatdrop.
“Dari dulu memang namanya orangutan, Sealaaaaaannnddd,” jawab Sweden gemas. Tumben…
“Ya sudah. Anak-anak, catat ya, yang benar orangtua, bukan orangutan!”
Eh, beneran, dicatat seisi kelas! Anak kelas 1 memang penurut banget, ya. Saking nurutnya, kayaknya kalau mereka disuruh lompat dari lantai 10 bakal nurut, deh~ #authordidemomassa.
“Nah, oke,” kata Sweden , kemudian melanjutkan, “orangtua itu... orang yang mengasuh kita sejak kita lahir! Orangtua juga orang yang paling mengerti kita, dari luar-dalam! Maka dari itu, kita harus sayang pada orangtua kita! Mengerti, anak-anak?”
”Mengerti, paaaaaak!” koor anak-anak.
”Nah, tahukah kalian, kalau kalian juga punya orangtua di sekolah?” tanya Sweden .
”Tidaaaaaaaak!” jawab anak-anak. Author—entah kenapa—nyengir-nyengir gaje pas nulis bagian ini.
”Guru-guru adalah orangtua kalian di sekolah!” lanjut Sweden sambil menulis dengan huruf besar di papan tulis: GURU = ORANGTUA DI SEKOLAH. ”Jadi kalian wajib menghormati guru seperti kalian menghormati orangtua kalian sendiri,” kata Sweden dengan (sok) bijaksana.
Tau-tau, tanpa ada yang ngasih tau (?), Sealand berdiri, kemudian berteriak gaje, kedua tangannya direntangkan, seolah hendak memeluk Sweden .
”Papa!” teriaknya. Kayaknya sih manggil Sweden . Seisi kelas dilanda sweatdrop massal.
”Hah? Kok, papa?” tanya Sweden bingung.
“Lho, iya, dong! Kan , katanya Bapak tadi, GURU adalah ORANGTUA kita di sekolah! Jadi, saya gak salah dong, nyebut Bapak dengan sebutan Papa!” jawab Sealand.
Hening.
“… I-iya sih, tapi… gak gitu juga kaleeeee!” kata Sweden , persis seperti kalimat yang diucapkan oleh tokoh-tokoh di acara TV yang sering Author tonton #ditabok.
Seisi kelas berdengung heboh. Sweden bengong.
“Berarti, kalau Pak Sweden papa kita, Bu (?) Finland mama kita, dong!”
”Iya! Iya! Terus, Pak (?) Denmark itu... om kita!”
”Bu (?) Norway juga! Tante kita!”
“Sayangnya Kak Iceland bukan guru kita…”
“Ntar kan Kak Iceland bisa kita jadiin anak dari Om Denmark dan Tante Norway !”
”Nah, sampai sini dulu pelajaran kita. Pagi, anak-anak.”
###
Selang beberapa menit kemudian, Norway masuk. Ia akan mengajar IPA.
“Pagi, anak-anak.” ucap Norway kaku.
“Pagi, Tante!” jawab anak-anak serempak—dipimpin Sealand, tentu saja. Suaranya Sealand kan, yang paling keras!
“Siapa yang kalian panggil ‘Tante’?” tanyanya heran.
“Yah, Tante Norway gimana, sih! Maksudnya ‘Tante’ itu anda, tau!” kata Sealand sambil nyengir. Norway kaget sambil jungkir-balik dan kayang bersamaan (?). Oke, abaikan kalimat yang terakhir.
“Tante? TANTE? SIAPA YANG NGAJARIN KALIAN KAYAK GITU?!” teriak Norway esmosi, eh, ralat, emosi.
“Yang penting bukan Om Denmark yang ngajarin, Tante...” jawab Sealand. Weleh, ini anak usilnya gak ada matinya.
“Uh…” keluh Norway sejenak, lalu ia melanjutkan, “anak-anak, CATET, saya ini COWOK, walaupun—yah—wajah saya *cough* cantik *cough* seperti perempuan, saya ini COWOK! COWOK!” kata Norway heboh, mulai ber-OOC ria.
“Yah… Tante gak asyik, deh… masa’ kita gak boleh panggil ‘Tante’?” tanya Sealand sambil pasang raut muka kecewa.
“Eeeeh! Ini anaaaak! Aku ini masih muda! Kalau mau panggil Denmark dengan sebutan ’om’ sih gak masalah, tapi kalau aku—”
“Kalau anda, kami panggil ’Tante’!” sambung anak-anak serempak. Norway merasa wajahnya memanas.
“SEKALI LAGI, SAYA TUH COWOK! BUKAN CEWEK! DAN JANGAN PANGGIL SAYA DENGAN SEBUTAN TANTE!” teriak Norway emosi.
Anak-anak—terutama Sealand—cekikikan, bahkan ada yang ketawa sambil guling-guling. Padahal baru kelas 1, lho! Aduh, nakalnya gak ketulungan. Ckckck, yang sabar, ya, Norge! *Author diinjek troll Norway *
###
Begitulah. Waktu istirahat, Sealand dan Wy gak sengaja berpapasan dengan Denmark .
”Pagi, Om Denmark ! Gimana kabarnya Tante Norway sama Kak Iceland ? Udah punya anak lagi belum?” sapa Sealand dengan nada ceria—dan tentunya, pasang muka innocent.
Seperti yang bisa diduga, readers, Denmark sampai jungkir-balik saking kagetnya disapa seperti itu.
“OM ? GUE? OM ? DAN APA PULA ITU—ANAK?! SIAPA YANG NGAJARIN?” tanya Denmark emosi. Sambil nyengir lebar, Sealand dan Wy kabur.
“WOI! KALIAN BERDUA! SEENAK UDELNYA AJA MANGGIL GUE ‘OM ’! BALIK SINI!” teriak Denmark marah. Oh-my-god , Denmark , sepertinya anda lupa mematikan capslock, ya?
”Kenapa lo, Den?” tanya Norway dingin—yang kebetulan lagi lewat.
”Itu, tuh... si alis tebal itu manggil aku ’Om ’! Ih, gak elit banget! Emangnya tampangku ini tampang om-om, ya, Norge?” tanya Denmark tolol.
”Iya, tampangmu tampang om-om,” jawab Norway asal.
###
Pelajaran kesenian, giliran Bu (author gak salah, kan ? #plak) Finland masuk ke kelas.
“Siang, anak-anak,” kata Finland ramah. Anak-anak nyengir lebar sebelum menjawab.
“Siang, mama Finland !” jawab anak-anak serempak. Ya, anda dapat membayangkan reaksi Finland , bukan? Hanya saja reaksinya jauh lebih normal: Finland bengoooong.
“Ha…?” katanya bingung. “Kok ‘mama’?”
Sealand menjawab dengan kecepatan kilat: “Soalnya-kan-guru-itu-termasuk-orangtua-kita-di-sekolah-jadi-wajar-dong-kalau-kami-manggil-ibu-dengan-sebutan-mama!”
“Eh… apa?” tanyanya, nggak ngerti.
“Soalnya,” jawab Wy, “guru itu kan orangtua kita di sekolah. Jadi nggak salah, dong, kalo kami manggil anda dengan sebutan mama!” lanjutnya tanpa dosa.
Hening.
”...” Finland tidak bisa berkata apa-apa.
”Ah—Mama? Ayo, Ma, mulai pelajarannya!” desak Sealand.
”Eh... tunggu sebentar. Saya kan laki-laki. Kenapa ’mama’?”
”Soalnya kan yang menyandang gelar ’papa’ itu Pak Sweden !” jawab Sealand.
”... Kok...?”
”Katanya Om Denmark, kan, Mama Finland istrinya Papa Sweden!” jawab Wy, dengan penekanan pada kata ’Om’, ’Mama’, ’istri’ dan ’Papa’.
“WOOOOI! KATA SIAPAAAAA?! AKU BUKAN ISTRINYA SWEDEEEEN! HALOOOO, AKU KAN COWOOOOK!” teriak Finland . Anak-anak cekikikan.
“Ih, Mama lebay, ih…” goda Sealand. Sealand, oh Sealand. Sungguh, dirimu amat ahli membuat orang OOC tingkat tinggi!
“LEBAY DARI HONGKONG?! KALIAN SEMUA KALI YANG LEBAY, MANGGIL AKU ‘MAMA’!” teriak Finland —lagi-lagi dia lupa matiin capslock.
Sementara itu, beberapa kelas dari mereka, Hongkong kentut (?).
“Yah, mama gak asyik!” keluh Wy nakal.
“STOOOOP! BERHENTI MANGGIL AKU DENGAN SEBUTAN ’MAMA’!” waduh, Finland mulai emosi, rupanya.
“Gak mau, mama jahat,” kata Sealand.
“DIAAAAAM, SEALAAAAAND! BERHENTI MEMANGGILKU ’MAMA’!”
Seisi kelas ngakak sementara wajah bishe Finland langsung merah padam.
Benar-benar kacau, bukan?
###
-Omake-
Di ruang guru, saat istirahat.
“Eh, Su-san...” panggil Finland .
“Ya?” jawab Sweden sambil noleh ke -coret- istrinya -coret- tersayang itu.
“Aku penasaran, kenapa akhir-akhir ini anak kelas 1 manggil aku ‘mama’, ya?” tanya Finland .
Seluruh tubuh Sweden rasanya membeku.
“Eh… i—itu…” Sweden tau-tau jadi gugup gini.
“Kamu kenapa, Su-san?”
“Eh… nggak papa…” jawab Sweden malu. Ia gak mau ngaku di depan -coret- istrinya -coret- kalau dialah yang membuat anak-anak kelas 1 memanggil guru-guru dengan sebutan ‘Papa’, ‘Mama’, ‘Ayah’, ‘Ibu’, ‘Om’, ‘Tante’, dsb, dsb.
-Berakhir dengan sangat gaje-
###
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Playlist!
1 komentar:
hahaha, beberapa udah ku edit. pas bagian disclamer sama Hongkongnya.
apa? anak kelas satu pada nurut?! kalau Wodeng paksa makan Scone-nya england mau gak ya? hohoho #PLAAK#
untuk selanjutnya, Wodeng serahkan pada Ruplak--atau Tinny#digoreng#--buat ngedit. karena Wodeng lagi gak boleh maen laptop sering seringan TT^TT
btw, temanya bagus gak?
Posting Komentar